Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

REVIEW - THE ADDAMS FAMILY 2

The Addams Family versi animasi (2019) punya satu keunggulan dibanding live action-nya (1991), yakni memanfaatkan keanehan The Addams untuk menyampaikan pesan soal perbedaan. Tapi pesona absurditasnya ditekan agar lebih bersahabat bagi penonton anak. The Addams Family 2 masih berjalan di trek serupa. Upaya menormalkan yang dapat dipahami (dan terbukti mendatangkan keuntungan finansial), meski

REVIEW - LUZZU

Apa yang mendefinisikan sesuatu? Ketika sebuah kapal telah diganti seluruh bagiannya setelah melalui perbaikan demi perbaikan, masihkah itu kapal yang sama? Begitu pun manusia. Ketika berbagai tuntutan, entah zaman atau finansial, mengharuskannya berubah, apakah ia masih orang yang sama?  Ditangani Alex Camilleri selaku sutradara sekaligus penulis naskah yang baru melakoni debutnya, Luzzu (

REVIEW - THE POLICEMAN'S LINEAGE

Mengadaptasi novel Jepang berjudul Blood of the Policeman karya Joh Sasaki, The Policeman's Lineage mengusung pola serupa film-film yang mengetengahkan kisah mata-mata yang ditanam dalam dan/atau oleh pihak kepolisian (kiblat judul-judul modern takkan jauh-jauh dari Infernal Affairs). Sesuai formula, penonton dibawa mempertanyakan moralitas, seiring dilema yang dialami sang protagonis selaku

REVIEW - BEN & JODY

Opini soal kualitas karya-karyanya mungkin beragam, tapi Visinema jelas rumah produksi terbaik Indonesia, terkait cara menangani IP (Intellectual Property). Tidak perlu secara detail membahas model bisnis. Simak saja bagaimana perkembangan terkini dua franchise mereka. Arini by Love.inc bakal menggiring Love for Sale ke ranah fiksi ilmiah (rilis 4 Februari di Bioskop Online), tapi terlebih dahulu

REVIEW - I'M YOUR MAN

Kita senang berfantasi, karena berfantasi itu mudah. Fantasi tak terikat logika, pula lepas dari sebab-akibat. Kita bisa membayangkan jadi orang terkenal tanpa memedulikan hilangnya privasi. Kita bisa berangan-angan menikahi pujaan hati tanpa memusingkan repotnya tetek bengek rumah tangga. Berfantasi itu ibarat kembali ke masa kecil yang bebas sekaligus sederhana. I'm Your Man, selaku perwakilan

REVIEW - MERINDU CAHAYA DE AMSTEL

Merindu Cahaya de Amstel diadaptasi dari novel berjudul sama buatan Arumi E, yang konon terinspirasi kisah nyata seorang wanita Belanda, Marien (Amanda Rawles), yang memutuskan jadi mualaf setelah hidupnya hancur. Pacarnya berselingkuh lalu menyebarkan video pribadi mereka, membuat orang tua Marien yang religius mengusirnya. Marien coba bunuh diri. Beruntung, Fatimah (Oki Setiana Dewi)

REVIEW - NIGHTMARE ALLEY

Di sebuah kesempatan, protagonis Nightmare Alley dibaca garis nasibnya memakai kartu tarot. Hasilnya, ia bakal tertimpa nasib buruk. Keburukan seperti apa? Begitulah rasanya menonton film ini. Mengetahui bagaimana noir bekerja, kita tahu tragedi menanti, namun rupanya tak diketahui. Sama seperti ketidaknyamanan kala menyusuri gang gelap di tengah malam. Seolah ada yang siap menerkam, tapi entah

REVIEW - MASS

"Mass" di judul film ini lebih merujuk pada "mass shooting", bukan misa. Tidak ada ibadah dijalankan di sini, namun tokoh-tokohnya jelas berdoa. Beberapa demi memperoleh jawaban, lainnya demi pengampunan. Tapi mungkin mereka tak berdoa pada Tuhan. Bahkan mungkin tidak tahu, doa itu mesti dipanjatkan ke siapa, serta bagaimana. Mereka tersesat.Kisah dibuka saat Judy (Breeda Wool) mempersiapkan

REVIEW - THE TRAGEDY OF MACBETH

The Tragedy of Macbeth menandai kali pertama Joel Coen menyutradarai tanpa sang adik, Ethan Coen, yang sementara waktu mengambil jeda dari dunia film untuk fokus pada teater. Hasilnya bakal membuat penonton pangling. Seperti tertera di judul, ada tragedi, namun tanpa kejenakaan khas Coen Brothers. Seperti dunia mimpi yang aneh, misterius, pun tidak jarang mencekam.Sebelumnya, adaptasi layar lebar

REVIEW - DEAR NATHAN: THANK YOU SALMA

Rilis pada 2017, Dear Nathan memperoleh 700 ribu penonton. Setahun berselang, Hello Salma selaku sekuel disaksikan oleh 840 ribu orang. Pun peran Nathan melambungkan nama Jefri Nichol sebagai salah satu aktor muda paling bersinar. Menyebutnya "underrated" jelas kurang pas, tapi secara kualitas, nyatanya adaptasi novel karya Erisca Febriani ini memang belum mendapat pengakuan yang sesuai.Coba

REVIEW - TILL WE MEET AGAIN

Jika anda memercayai cinta sejati, bahwa sedemikian kuatnya rasa cinta sampai mampu meruntuhkan sekat pemisah apa pun, maka adaptasi novel Yue Lao buatan Nine Knives ini adalah tontonan sempurna. Meraih 11 nominasi di Golden Horse Awards 2021 (memenangkan Best Makeup & Costume Design dan Best Sound Effects), Till We Meet Again bicara soal cinta yang membuat konsep hidup-mati jadi tak relevan di

REVIEW - SCREAM

Jika Scream 4 (2011) ibarat acungan jari tengah bagi tren "passing the torch", maka film kelima ini, yang berstatus semi-sekuel sekaligus semi-reboot (disebut "requel" oleh filmnya sendiri), jadi upaya modernisasi yang tetap menaruh hormat kepada versi aslinya. Tapi masihkah Scream relevan di zaman sekarang? Horor meta yang jadi jualan utamanya sejak 26 tahun lalu kini telah marak diusung.

REVIEW - BELLE

Mamoru Hosoda (The Girl Who Leapt Through Time, The Boy and the Beast, Mirai) memberi twist pada dongeng klasik Beauty and the Beast, membawanya ke era modern, memberi sentuhan coming-of-age khasnya lewat pencarian identitas remaja di era media sosial, sembari melempar komparasi antara kejamnya orang dewasa dan kemurnian hati anak-anak.Hosoda kembali membuat protagonis gadis remaja, kali ini

TOP 20 MOVIES OF 2021

Memasuki 2021, industri film belum benar-benar pulih, jumlah judul yang tayang di bioskop, walau bertambah dibanding 2020, masih tak sebanyak dahulu. Tapi bukan berarti tidak ada kabar baik. Sebagai wujud adaptasi, layanan streaming makin menggeliat, memberi akses terhadap film-film biasanya sulit dijamah penonton luar Amerika. Beberapa festival yang diadakan secara daring turut memberi

REVIEW - JAI BHIM

Jai Bhim menimbulkan kehebohan, saat bulan November lalu, film Tamil ini menjadi judul dengan rating tertinggi di IMDb (film India pertama dengan capaian tersebut). Mengingat IMDb memungkinan semua orang memberi nilai, ada beberapa kemungkinan, termasuk bentuk strategi tim marketing (kerap terjadi). Tapi angka 9,4 dari total 164 ribu pemilih (sekitar 140 ribu di antaranya memberi nilai sempurna)

REVIEW - SING 2

Sing 2 kemungkinan besar hanya memuaskan bagi anak, penyuka film pertamanya, dan penggemar U2 (menyumbang empat lagu, termasuk Your Song Saved My Life selaku original soundtrack). Bukan masalah. Artinya film ini betul-betul memahami keinginan target pasarnya. Dibekali dana sedikit lebih tinggi dibanding pendahulunya (selisih 10 juta dollar), peningkatan kualitas animasinya langsung nampak sejak

REVIEW - HAPPY NEW YEAR

Selain para pesaing musim penghargaan, akhir tahun juga identik dengan film liburan. Jenis film yang takkan bergelimang piala, namun jika sukses, hati penonton yang bakal didapatkan. Happy New Year termasuk salah satunya. Sebuah komedi romantis penuh bintang yang akan mengisi hati para penonton dengan perasaan-perasaan positif.Berlatar malam Natal hingga tahun baru, alurnya berpusat di Hotel

REVIEW - BEING THE RICARDOS

"Di masa kejayaannya, 60 juta orang menyaksikan I Love Lucy". Demikian bunyi trivia pertama Being the Ricardos, bak ingin langsung menegaskan soal betapa besar sitkom yang tayang tahun 1951-1957 itu, ke penonton generasi sekarang yang kurang familiar terhadapnya. Fakta tambahan: enam bulan selepas penayangan perdananya, sekitar 11 juta keluarga menonton I Love Lucy tiap minggu, di saat pemilik