Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

REVIEW - MORBIUS

Di awal peluncurannya, baik MCU maupun DCEU sama-sama tersendat (proyek DC bahkan terancam berhenti). Tapi seburuk apa pun hasilnya,  tujuan Marvel Studios dan Warner Bros selalu jelas. MCU ingin menghibur lewat tuturan ringan ditambah shared universe, sementara DCEU mulai bersinar lewat eksplorasi genre. Eksistensi dua pihak ini saling melengkapi. Lalu Sony menghadirkan SSU (Sony's Spider-Man

REVIEW - THE FALLOUT

The Fallout adalah film yang "kecil". Ceritanya tidak melebar ke luar, tapi meresap ke dalam, memberi ruang bicara pada hal-hal terpendam. Hal yang mungkin terlalu menyakitkan (dan tak jarang membingungkan) untuk diutarakan, atau dianggap anomali oleh orang lain sehingga timbul rasa segan untuk mengungkapkannya. Vada (Jenna Ortega), Mia (Maddie Ziegler), dan Quinton (Niles Fitch) bersembunyi di

PREDIKSI PEMENANG ACADEMY AWARDS 2022

Academy Awards tahun ini berpeluang melahirkan sejarah, sebab besar kemungkinan, kategori Best Picture bakal dimenangkan oleh film orisinal OTT untuk kali pertama. The Power of the Dog (Netflix) dan CODA (Apple) merupakan kandidat terdepan. Beberapa sejarah lain turut diciptakan Drive My Car sebagai peraih nominasi Best Picture dan Best Adapted Screenplay pertama dari Jepang, pun Ryusuke

REVIEW - THE BAD GUYS

Ingat bagaimana Quentin Tarantino membuka Pulp Fiction? Pumpkin dan Honey Bunny mengobrol santai di sebuah diner sebelum menjalankan aksi perampokan. Menyusul berikutnya adalah perdebatan Vincent Vega dan Jules Winnfield tentang burger di tengah misi pembunuhan. Gabungkan keduanya, maka jadilah adegan pembuka The Bad Guys. Mr. Wolf (Sam Rockwell) dan Mr. Snake (Marc Maron) duduk di restoran, "

REVIEW - BABY BLUES

Baby Blues punya salah satu naskah dengan perspektif paling memuakkan yang pernah saya tonton. Penyutradaraan memadai, departemen akting memuaskan, tapi naskah buatan Imam Darto (Pretty Boys, Selesai) bagai pembelaan tidak tahu malu dari laki-laki, saat disebut "kurang memahami kesulitan wanita pasca melahirkan". Ini bukan ketidakpekaan yang polos, melainkan seperti acungan jari tengah pada isu

REVIEW - THE LOST CITY

Perhatikan posternya. Channing Tatum dan Sandra Bullock muncul dua kali, Daniel Radcliffe membawa lentera entah untuk apa, Da'Vine Joy Randolph melenggang santai dengan pakaian rapi di tengah api, begitu pula Brad Pitt yang seolah dipaksa masuk, sedangkan Oscar Nunez malah berpose bersama kambing. Mudah mencapnya buruk, tapi bagi saya, ini poster yang sadar betul sedang menjual tontonan seperti

REVIEW - JAKARTA VS EVERYBODY

Seksualitas, kisah seputar narkoba yang tidak digiring ke ranah iklan layanan masyarakat atau tearjerker, Jefri Nichol tampil bukan sebagai sosok "bad-but-good boy". Poin-poin tersebut rasanya bakal membuat Jakarta vs Everybody banyak menerima label "berani" dan "berbeda". Keberaniannya memang harus diakui, tetapi karya terbaru sutradara Ertanto Robby Soediskam ini sesungguhnya termasuk suguhan

REVIEW - MARLEY

Film Indonesia yang menjadikan anjing sebagai tokoh sentral masih bisa dihitung jari. Sebelum Marley, seingat saya di kategori fiksi panjang baru ada Boni dan Nancy (1974) serta June & Kopi (2021). Sehingga karya penyutradaraan M. Ainun Ridho ini patut diapresiasi. Apalagi di luar banyak kekurangannya, Marley punya beberapa nilai penting yang membuatnya pas dijadikan tontonan keluarga (baca:

REVIEW - KIMI

Ditulis naskahnya oleh David Koepp (Jurassic Park, Mission: Impossible, Spider-Man), Kimi punya cerita sederhana. Saking sederhananya, ada kesan pembuatannya didasari pemikiran, "Film apa yang bisa diproduksi selama pandemi?". Biar demikian, kehadiran Steven Soderbergh di kursi sutradara bak memberi garansi bahwa cerita sederhana itu dapat disulap jadi tontonan spesial."Kimi" bukan nama

REVIEW - AMBULANCE

Michael Bay adalah soal ledakan. Tidak keliru, walau anggapan itu kerap jadi simplifikasi atas kemampuan sang sutradara. Penceritaannya kacau, humornya buruk, tapi satu yang orang-orang lupa (atau tidak mau tahu), Bay jago membuat sebuah film tampak lebih mahal dari aslinya. Berikan seri Transformers ke sineas lain, dengan naskah serta bujet sama persis, kemungkinan besar hasilnya bakal generik. 

REVIEW - THE BOOK OF FISH

Film atau drama saeguk identik dengan nuansa glamor. Tata artistik serta busana mewah dengan warna cerah seolah jadi kewajiban. Tengok saja The King and the Clown (2005) buatan sutradara Lee Joon-ik yang sampai sekarang bertengger di posisi 10 daftar film Korea Selatan paling laris sepanjang masa. Selang 17 tahun, The Book of Fish membawa Joon-ik menyambangi genre tersebut untuk kali keempat. 

REVIEW - THE ADAM PROJECT

Mungkin karir penyutradaraan Shawn Levy adalah salah satu yang paling underrated. Namanya jarang dielu-elukan. Padahal sebelum The Adam Project, total ia menyutradarai 13 judul, dan hampir semuanya meraup untung, dengan sembilan di antaranya menembus angka 100 juta dollar. Ada kata "hampir", karena data terkait debutnya, Just in Time (1997) sulit ditemukan, termasuk apakah film ini dirilis di

REVIEW - TURNING RED

Turning Red sebenarnya klise jika menilik pola berceritanya. Konflik orang tua-anak, kesenjangan generasi, hingga pencarian identitas dalam proses tumbuh kembang, yang ditutup oleh klimaks berorientasi aksi. Formulanya lebih dekat ke animasi konvensional Disney ketimbang judul-judul terbaik Pixar. Tapi eksekusinya tampil segar berkat satu hal: sentuhan Asia. Meilin "Mei" Lee (Rosalie Chiang),

REVIEW - LICORICE PIZZA

Status auteur memberi kebebasan membuat film apa saja. Kritikus dan cinephile bakal berpikir dua kali untuk memberi cap "buruk" bagi karya para auteur. Entah didorong kekhawatiran disebut "gagal paham", atau keyakinan "filmnya pasti bagus". Licorice Pizza dihantam beberapa kontroversi. Hubungan wanita 25 tahun dengan remaja 15 tahun yang jadi sentral cerita dianggap romantisasi terhadap pedofilia

REVIEW - BELFAST

Kerinduan jadi alasan saya kembali ke Yogyakarta setelah menghabiskan dua tahun di Jakarta. Tiga tahun berselang, rasa itu tidak pernah hilang. Muncul kesadaran, bahwa bukan "tempat" yang dirindukan, melainkan kenangan. Kenangan atas masa lalu yang diromantisasi. Semu, maya, sehingga takkan bisa (sepenuhnya) terobati. Sepertinya Kenneth Branagh menyimpan perasaan serupa terkait masa kecilnya di

REVIEW - THE PIRATES: THE LAST ROYAL TREASURE

Sebelas tahun lalu tercipta sejarah ketika Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides menjadi film termahal sepanjang masa. Biaya 379 juta USD digelontorkan, jauh di atas rata-rata blockbuster Hollywood. Sama-sama mengetengahkan petualangan bajak laut, The Pirates: The Last Royal Treasure "cuma" butuh bujet 19,5 juta USD. Sebuah angka standar bagi blockbuster Korea Selatan (Escape from Mogadishu

REVIEW - THE BATMAN

Entah versi gotik Tim Burton, pendekatan campy Joel Schumacher, atau nuansa grounded Christopher Nolan, ada satu sisi Batman yang belum pernah ditangkap oleh adaptasi layar lebar, yakni sebagai detektif jenius. Padahal 83 tahun lalu ia muncul perdana dalam komik berjudul Detective Comics. Di bawah arahan Matt Reeves, karakteristik tersebut akhirnya ditampilkan. Kali ini The Caped Crusader bukan