Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

REVIEW - MAD GOD

Is God a sadist? Entahlah, tapi jika Tuhan eksis dalam dunia rekaan Phil Tippett ini, maka jawabannya "Ya". Mulai dibuat lebih dari 30 tahun lalu, tepatnya pasca Tippett selesai menjalankan tugas di Robocop 2 (1990), seperti judulnya, Mad God adalah semesta gila tempat para pencipta dan penguasa berperilaku layaknya maniak kejam yang menikmati sadisme. Mad God tampil tanpa dialog maupun konteks.

REVIEW - X

Saya tersenyum lebar melihat kepala pecah dan orang-orang bersimbah darah di X, sama seperti saat menonton ratusan slasher lain sebelumnya. Tapi saya tidak langsung mengambil pisau lalu mencincang tetangga di sekitar. Sama sekali berbeda dengan yang ditakutkan para penentang tontonan "tak bermoral".Horor membuat kita takut atau terhibur tergantung bentuknya, porno membuat kita terangsang, tapi

REVIEW - THE SACRED RIANA 2: BLOODY MARY

The Sacred Riana 2: Bloody Mary dibuka oleh rekap film pertama, seolah pembuatnya mengakui bahwa penonton bakal melupakan ceritanya. Dan memang betul, karena selepas rekap pun saya tak mampu mengingatnya secara utuh. Tapi di luar penceritaan, The Sacred Riana: Beginning (2019) punya estetika memikat mata, serta terselip beberapa ide kreatif dalam caranya menakut-nakuti. Selama ini horor-horor

REVIEW - DC LEAGUE OF SUPER-PETS

Walau ditangani oleh Jared Stern dan John Whittington yang sebelumnya tergabung dalam tim penulis naskah The Lego Batman Movie (2017), kurang bijak mengharapkan DC League of Super-Pets membawa keunikan serupa, mengingat seri The Lego Movie memang punya gayanya sendiri. Tapi premis mengenai hewan peliharan para pahlawan super jelas mengandung lebih banyak potensi ketimbang sebatas "modifikasi The

REVIEW - ALIENOID

Walau bukan satu-satunya faktor, keberhasilan The Roundup menjadi film Korea Selatan pertama yang menembus 10 juta penonton sejak 2019 (terakhir dicapai Parasite), jelas berperan membangkitkan lagi geliat produk lokal di bioskop sana pasca pandemi. Setelahnya, selama empat bulan, empat judul sukses mendapatkan sejuta penonton, termasuk Alienoid yang melakukannya dalam tujuh hari (tercepat ketiga

REVIEW - THE GRAY MAN

Selain James Cameron, hanya Russo Brothers yang memiliki dua film dengan pendapatan mencapai dua miliar dollar. Ditambah tendensi menggelontorkan dana besar-besaran demi konten orisinal, keputusan Netflix menunjuk figur di balik lahirnya babak kulminasi franchise sinema terbesar sepanjang masa untuk mengarahkan produk termahal mereka, dapat dilihat sebagai kejawaran. The Gray Man yang

REVIEW - WHAT TO DO WITH THE DEAD KAIJU?

Anda menikmati kejutan? Kalau "iya", silahkan berhenti membaca sampai di sini, jangan mencari informasi lebih soal What to Do with the Dead Kaiju?, lalu tonton filmnya. Bukan, ini bukan film bagus. Tapi kalau anda, seperti banyak orang termasuk saya, tertarik mencicipi karya terbaru sutradara Satoshi Miki ini karena sinopsis atau trailernya, hasil akhirnya dijamin bakal memberi kejutan besar. 

REVIEW - GHOST WRITER 2

Saya sangat menyukai Ghost Writer (2019) yang menandai debut Bene Dion duduk di kursi sutradara. Ghost Writer 2 pun semestinya jadi debut Muhadkly Acho, sebelum perilisannya ditunda karena pandemi. Pada 2022, keduanya unjuk gigi lewat drama komedi bertema keluarga. Bene di Ngeri-Ngeri Sedap, Acho di Gara-Gara Warisan. Sama-sama memukau, seolah memperlihatkan hasil latihan dari pengalaman perdana

REVIEW - THE SEA BEAST

Divisi animasi Netflix tengah terluka, sebagai dampak berkurangnya jumlah pengguna. Rencana diubah, restrukturisasi terjadi, beberapa proyek dibatalkan. Tapi ditunjang strategi kampanye yang tepat, mungkin saja tahun depan luka itu bisa sedikit terobati, sebab bukan mustahil The Sea Beast bakal memberi Netflix Animation piala Oscar perdana mereka.Ide cerita The Sea Beast sesungguhnya tidak

REVIEW - DECISION TO LEAVE

Sebuah noir memadukan misteri dengan romansa (biasanya melibatkan perselingkuhan dan sensualitas) merupakan hal biasa. Serupa judul-judul buatan Alfred Hitchcock hingga Chinatown (1974) milik Roman Polanski, Decision to Leave yang membawa Park Chan-wook menyabet piala Best Director di Festival Film Cannes pun menempuh jalan serupa. Hanya saja, ada perbedaan.Decision to Leave bukan romansa

REVIEW - IVANNA

Entah apa obrolan yang muncul di balik layar, sebab Ivanna sukses jadi judul terbaik di Danur Universe, justru karena ia tidak terasa seperti bagian semestanya. Seolah Manoj Punjabi berkata pada timnya, "Fuck it. Just do anything you want!". Penunjukkan Kimo Stamboel, yang berkat Rumah Dara (2009) pantas masuk jajaran "dedengkot slasher Indonesia" bersama Timo Tjahjanto, kini masuk akal. Ivanna

REVIEW - WRITING WITH FIRE

Sama seperti Indonesia (Ibu Pertiwi), India memakai figur perempuan (Mother India) sebagai personifikasi bangsa. Walau demikian, kenapa di kedua negara perempuan kerap dirampas haknya? Bukankah itu sama artinya merendahkan "tanah kelahiran"? Mungkin justru karena itu. Karena perempuan sebatas diidentikkan dengan "melahirkan". Para perempuan di Writing with Fire menolak kekolotan tersebut. 

REVIEW - INCANTATION

Saya menonton Incantation dua kali. Pertama di siang hari, lalu sekali lagi di malam hari. Tujuannya adalah uji coba terkait ada/tidaknya perbedaan tingkat kengerian. Ternyata ada. Sangat jauh malah. Saya pun yakin hasilnya bakal kembali berubah bila disaksikan di bioskop (membuat komparasi "mentah" dengan The Medium yang banyak muncul di media sosial menjadi kurang valid). Semua soal experience

REVIEW - THOR: LOVE AND THUNDER

Alasan Thor: Ragnarok (2017) sukses adalah langkah ekstrim Taika Waititi membawa kisah si Dewa Petir ke ranah komedi, tanpa memusingkan bobot emosi. Dia bak rockstar yang bertingkah semau sendiri, mendobrak segala norma. Thor: Love and Thunder masih sarat komedi, menyenangkan, pun Waititi masih seorang rockstar. Bedanya, kali ini ia rockstar yang telah bertengger di puncak kemapanan, mencoba

REVIEW - EMERGENCY

Di tengah masa liburan, ketika remaja menggelar pesta di tiap penjuru kota, seorang gadis pingsan di rumah orang asing akibat terlalu mabuk. Sebuah pemandangan yang wajar ditemukan dalam party movie, mungkin juga awal dari skenario penuh kekonyolan di suatu malam yang liar. Tapi Emergency, selaku adaptasi film pendek berjudul sama (2018), mengambil perspektif lebih kritis, lebih nyata, lebih

REVIEW - HUSTLE

Hustle bergerak mengikuti pola drama olahraga bertema from-zero-to-hero, formulaik, tapi kuatnya kesan otentik membuat karya sutradara Jeremiah Zagar ini tampil menarik. Bukti bahwa secanggih apa pun teknologi industri perfilman, manusia-manusia di dalamnya tetaplah aspek terpenting.Salah satu keotentikan dibawa oleh Adam Sandler, yang kembali melakoni peran dramatik setelah Uncut Gems (2019),

REVIEW - THE WITCH: PART 2. THE OTHER ONE

The Witch: Part 1. The Subversion (2018) punya progresi alur luar biasa menarik. Diawali sebagai pertemuan fiksi ilmiah dan coming-of-age soal remaja berkekuatan supernatural, sebuah titik balik membawanya ke arah revenge thriller khas sinema Korea Selatan. The Witch: Part 2. The Other One lebih straightforward, walau tetap solid dan (tentunya) lebih besar. Sebagaimana nampak di judul, status